Hewan modern
yang Catlovers temui saat ini sudah mengalami modifikasi yang panjang dari
nenek moyangnya, yaitu hewan purba. Berbagai ras dan jenis kucing modern pasti
juga tidak jauh dari pendahulunya.
Salah satunya adalah kucing Megalodon. Kucing purba
yang satu ini meninggalkan sejarah yang amat panjang dan bisa dikenang sampai
saat ini. Namun, ada banyak hal mengenai Bos Bulu ini yang juga perlu
diketahui. Kira-kira, apa saja yang bisa dipelajari dari hewan purba ini?
Sejarah dan Asal Usul Kucing Megalodon
Megalodon
merupakan salah satu jenis kucing purba yang memiliki gigi pedang. Hidup di
Kala Pleistosen, tepatnya sekitar daerah Amerika Utara dan Selatan. Konon,
kucing pra sejarah ini diperkirakan sempat hidup berdampingan dengan manusia
pada 10.000 tahun yang lalu.
Setelah dinyatakan punah, berbagai penemuan fosil
mulai dipublikasikan atau diteliti lebih lanjut oleh para ilmuwan serta ahli
purba lainnya. Fosil Megalodon
terbanyak bisa ditemukan di area Kubangan Aspal La Brea di wilayah Los Angeles.
Tidak heran, lokasi yang satu ini sudah dikenal masyarakat sebagai tempat
penyimpanan fosil fauna raksasa yang berasal dari Kala Pleistosen. Disana akan
ditemukan beberapa hewan pra sejarah lainnya, yaitu kukang tanah, serigala
raksasa, serta mamut Kolombia.
Pembagian Spesies
Ada tiga spesies
yang bisa Catlovers ketahui dari kucing Megalodon ini. Mereka berkembang dan
mendominasi daerah yang berbeda-beda. Apa saja ketiga spesies tersebut?
1. Megalodon
Gracilis
Merupakan
spesies kucing purba Megalodon yang paling awal dan berukuran kecil. Mereka ada
sejak 2,5 juta sampai 500 ribu tahun yang lalu. Sebelum menyebar ke Amerika
Selatan bagian utara, mereka hidup Amerika Utara. Di Amerika Selatan, mereka
bernaung setelah terbentuknya jembatan Panama.
Megalodon
Gracilis masih merupakan spesies karnivora dengan ukuran yang cukup besar.
Panjangnya sekitar 2 Meter dengan tinggi mencapai 1-1,2 Meter. Bobotnya
diperkirakan mampu mencapai 50 sampai 150 Kilogram. Giginya berbentuk saber
dengan panjang 17,8 cm.
Kaki-kakinya
cenderung kuat dan berotot. Pada tungkai belakang terdapat otot adduktor yang
mampu menstabilkan tubuh Megalodon Gracilis ketika sedang berburu mangsa. Ukuran
tungkai belakang ini lebih pendek dibandingkan yang depan.
Memiliki
pinggang pendek yang juga proporsional dengan tubuhnya. Dengan kemampuan
membuka rahan sebesar 120 derajat, umumnya mereka memangsa buruan dengan cara
menggigit dan mengoyakkan lehernya.
2. Megalodon
Fatalis
Muncul kucing
purba yang menjadi penerus dari spesies gracilis, yaitu Megalodon Fatalis.
Ukurannya lebih besar daripada spesies sebelumnya. Mereka juga memperluas
daerah tempat tinggalnya hingga Amerika Selatan bagian barat.
Megalodon
Fatalis merupakan kucing sabertooth dengan panjang tubuh mencapai 1,5 sampai
2,2 Meter dan tingginya sekitar 1,1 Meter. Berat badannya juga lebih besar dari
spesies sebelumnya, mulai dari 160 sampai 300 Kilogram.
Meskipun sedikit
lebih kecil dari singa modern, bobotnya ternyata masih lebih berat. Kaki dan
ekornya relatif pendek. Memiliki kaki depan yang sangat kuat sekaligus memiliki
tubuh yang bisa beradaptasi untuk melompat.
Memiliki rahang
yang kuat dan mampu membuka hingga 120 derajat. Kekuatan otot leher dan rahang
ini memungkinkannya untuk menusuk mangsa dengan cara yang mematikan. Sejauh
ini, fosil Megalodon Fatalis yang sudah ditemukan rata-rata gigi taringnya
sudah patah.
3. Megalodon
Populator
Spesies terakhir
dari urutan kucing Megalodon adalah Megalodon Populator. Spesies ini merupakan
yang terbesar dan terkenal di antara yang lainnya. Mereka tinggal di Amerika
Selatan bagian timur. Ukurannya agak lebih besar daripada singa. Meskipun tidak
dirancang untuk mengejar mangsa dengan kecepatan yang tinggi, nyatanya
kaki-kakinya kuat dan lihai menangkap mangsa dengan cara melompat.
Kedua taring
yang besar dan bergerigi memiliki ukuran mencapai 18 cm. Otot leher dan rangka
yang kuat mampu membuka mulutnya hingga 120 derajat, melebihi kapasitas membuka
mulut seekor singa yang hanya mencapai 65 derajat.
Panjang badannya
sendiri bisa mencapai 2,3 Meter dengan tinggi 1,2 Meter hingga ke pundak.
Estimasi bobotnya bisa mencapai hingga 400 Kilogram. Beberapa buruan yang biasa
dimangsa oleh Megalodon Populator, antara lain ground sloths, mammoth,
macrauchenia, dan toxodon.
Persebaran dan Habitat
Berdasarkan
penelitian melalui penemuan fosil Megalodon, kucing purba ini tersebar di
Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Pegunungan Andes telah
memisahkan spesies gracilis dan populator. Lebih dari 1200 spesimen Megalodon
Fatalis bisa ditemukan di daerah endapan aspal Rancho La Brea, Los Angeles, dan
California.
Beberapa koleksi
besar dari Megalodon juga ditemukan di daerah Peru, tepatnya Talara tar seeps. Untuk
habitatnya sendiri, sebagian besar fosil memang ditemukan di dalam sedimen dari
dataran atau lingkungan hutan.
Beberapa spesies
juga berhasil ditemukan di dalam endapan gua, tepatnya di Arkansas, Florida,
Indiana, Missouri, Oklahoma, dan Tennessee. Namun, keterlibatan daerah gua
dalam kelangsungan hidup kucing jenis Megalodon ini masih belum diketahui
dengan jelas.
Anatomi Megalodon
sendiri menunjukkan bahwa mereka menyukai habitat hutan. Tidak heran, kucing
ini merupakan salah satu predator penyergap yang bergantung pada hutan dan
dataran semak belukar.
Karakteristik dan Ekologi
Kucing Megalodon
menempati urutan pertama dalam ekosistem predator. Ketersediaan mangsanya
mungkin lebih besar atau sama dengan daerah Afrika Timur pada saat ini. Ketika
Kala Pleistosen sudah berakhir, sebagian besar fosilnya ditemukan mengalami
patah gigi. Hal ini mungkin menandakan persaingan yang ketat untuk mendapatkan
makanan.
Perkiraan
lainnya menyatakan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena tulang giginya
dihancurkan dan dibersihkan oleh hyena. Beberapa bukti yang menunjukkan
karakter sosialisasi Megalodon termasuk kontradiktif. Setidaknya, Catlovers
mengetahui ada dua pandangan berbeda mengenai karakternya ketika hidup
berdampingan dengan anggota populasi lainnya, yaitu:
Megalodon
bersifat sosial dan kooperatif dalam perburuan karena seringnya terluka dan
berhasil sembuh disebabkan oleh pembagian makanan yang adil dari kelompok yang
lain untuk mencegah kematian.
Selain itu,
mereka juga tertarik dengan mangsa besar yang terperangkap di La Brea.
Sedangkan, spesies yang hidup menyendiri jarang berburu di La Brea.
Megalodon
bersifat antisosial dan menghindari perburuan kooperatif karena otaknya relatif
kecil, sedangkan mamalia sosial memiliki otak yang besar.
Disamping itu,
mereka tidak membutuhkan perilaku sosial untuk bertahan hidup karena kucing
memiliki metabolisme tersendiri untuk melakukan penyembuhan.
Kira-kira,
Catlovers lebih setuju dengan pendapat yang mana?
Penyebab Kepunahan
Pola kepunahan
kucing pra sejarah yang terakhir mengikuti pola Mastodon atau gajah purba.
Terlebih lagi, kucing-kucing bergigi tersebut ikut mati ketika gajah tersebut
punah di Dunia Lama hingga akhir Kala Pliosen.
Namun, Bos Bulu
ini masih bertahan di Amerika Utara dan Amerika Selatan hingga Kala Pleistosen,
lho. Mereka bisa bertahan sampai akhir zaman tersebut berakhir. Luar biasa, ya?
Ada berbagai spekulasi penyebab kepunahan hewan purba yang satu ini. Apa
sajakah itu?
- Hidupnya terlalu bergantung pada hewan besar, padahal hewan besar mengalami kepunahan terlebih dahulu.
- Perubahan iklim, perburuan oleh manusia, serta kelangkaan makanan.
Namun yang
pasti, sampai saat ini penelitian mengenai kepunahan Bos Bulu ini masih terus
dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan.
Catlovers kini
sudah menambah banyak wawasan seputar kucing pendahulu yang meneruskan
kehidupannya kepada kucing modern saat ini. Kucing Megalodon merupakan salah
satu spesies yang meninggalkan banyak tanda sejarah yang bermanfaat untuk
perluasan ilmu pengetahuan. Menarik, bukan?
Post a Comment